Dari depan rumah, Ayah selalu memandangiku
Sambil bergoyang di atas kursi goyang
Dari jauh terlihat senyum tawanya
Menertawai langkahku yang terbata-bata
Dilepas dari tuntunan ibu dan berusaha meraihnya
Ibu selalu menjauh
dan kembali meraihku saat terjatuh
Hari menjadi lebih cepat modern
dan kursi goyang tak mampu lagi untuk bergoyang
Aku datang di pagi yang tak terduga
Melihat ayah sedang melamun
Di beranda rumah
Di atas kursi yang kini diam tak bergoyang
Langkahku kini tak lagi terbata
Ayah tak lagi juga melamun
Tersenyum sumringah dan tertawa
Ayah menuntun dan menarikku
"temui ibu di dapur" katanya
Ibu tak kaget melihatku
Tubuhnya berkeringat tapi baunya memikat
Lalu kupeluk dan kuciumi
Aku datang di pagi yang tak terduga
Tapi di meja makan, ada acar ikan, tempe dan sambal terasi
Malam harinya aku bermimpi
Tentang seorang anak ditertawai
yang terjatuh saat belajar berjalan
Lalu meluncur saja sebuah kata
Entah bermimpi atau terjaga
"Terimakasih"
Monday, November 26, 2007
Untuk Ibu dan Ayah
Priel.. .
buat: priel
I
Pada maret aku mengenalmu
sapaan kecil lewat sebuah buku tamu
aku masih anak baru
yang ku tahu
bulan depan jadi namamu
II
Jauh rumah tak lupa ingatan
pada halaman dan keponakan
tahu-tahu bertambah satu
satu-satu sahabat baru
satu ponakan dari pintu
III
"mana tulisanmu?"
"akh hari ini kututup dulu pintu,
jadi kata-kata tak mampu menembusnya
entah sampai kapan, mungkin berminggu-minggu”
"mau kemana?"
"Tak kemana-mana
hanya ingin memandang saja dari jendela
akh tapi tunggu
kapan pun itu
pasti kan kubuka kembali pintu"
IV
tak perlu malu
hari ini kembali kubuka pintu
kembali menyapa mu
dan kata-kata membekas dari penaku
bila tidak dihapus jejak
terimakasih telah menjadi sahabatku
Friday, October 5, 2007
Bila Sebuah Batu Tergeletak di Jalan
Bila Sebuah Batu Tergeletak di Jalan
Oleh Emha Ainun Nadjib
Bila sebuah batu tergeletak di jalan
Dan ia membahayakan pemakai jalan
Anda memungutnya, dan mencari seseorang untuk membahas
Apa yang dapat kita perbuat agar batu tersebut bermanfaat
Itulah Islam
Islam adalah untuk menjaga kesuburan tiap sudut tanah
Untuk mengagumi gunung dan laut yang luas, atau sekadar untuk menyirami tanaman,
Untuk berenang dalam air sambil bersyukur kepada Allah
Atau untuk menghirup udara dengan kerinduan untuk bertemu Allah
Islam adalah, bila ada satu makhluk sedang kelaparan,
Walau ia hanya seekor anjing,
Anda merasa tidak enak karena kenyang seorang diri
Maka Anda lalu belajar untuk merasakan lapar,
Sebelum Anda merasa layak disebut sebagai saudara oleh orang-orang lapar.
Islam adalah, ketika seseorang merasa haus
Bahkan bila ia adalah seorang yang akan membunuh Anda,
Anda merasakan kehausannya
Dan berbagi air Anda dengannya
Islam adalah
Ketika Anda melihat seseorang dipinggirkan dan merasa sendirian
Anda menghampirinya dan mengucapkan salam kepadanya
Islam adalah
Mencintai bahkan orang-orang yang membenci Anda,
Dan memuji dengan bijak
Seseorang yang menganggap Anda sebagai musuhnya
Islam adalah komunitas yang berdamai dengan alam
Sungai dan hutan, air dan daratan, gunung dan laut
Yang mereka cintai seolah-olah isteri-isteri mereka sendiri
Menjaga kesuburannya semata-mata dengan cinta
Islam adalah
Sebuah pemerintah yang menganggap rakyatnya sebagai seorang isteri,
Saling menyayangi, bekerjasama dengan keseimbangan kekuasaan antara yang satu
dengan yang lain,
Islam adalah keadaan di mana si kuat memahami pentingnya si lemah
Dan si lemah tidak menikmati kelemahan dan ketergantungannya
Salam berarti perdamaian
Islam berarti upaya mencari, membangun dan menciptakan perdamaian
Humanitas Islam berarti pengertian untuk saling memanusiakan satu sama lain
Budaya Islam adalah Kedamaian pikiran dan hati
Perekonomian Islam berarti tak seorangpun kekurangan gizi dan tak seorangpun
kelebihan gizi
Politik islam berarti demokrasi sejati dan jujur
Filosofi Islam adalah kesimbangan antara hak-hak azasi dan kewajiban-kewajiban
azasi manusia
Salam berarti perdamaian
Islam berarti pembebasan menuju perdamaian
Islam berarti kerja emansipasi menuju kehidupan yang penuh kedamaian bagi semua
manusia
Thursday, September 6, 2007
Cinta Yang Sederhana dan Sebenarnya
ini sebenarnya postingan dari seorang kawan, hanya saya suka sekali dengan isi dari postingan tersebut. Disini saya ingin membaginya bersama rekan-rekan makna dari cinta yang sederhana dan sebenarnya.
Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado. Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.
"Untuk apa ?" tanya sang ayah.
"Untuk kado, mau kasih hadiah." jawab si kecil.
"Jangan dibuang-buang ya." pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.
Persis pada hari raya, pagi-pagi si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Pa, Pa ada hadiah untuk Papa."
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, "Sudahlah nanti saja."
Tetapi si kecil pantang menyerah, "Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang."
"Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa."
Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
"Hadiah apa nih?", tanya sang ayah.
"Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang", jawab anaknya dengan penuh semangat.
Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu. Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga.
"Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya kok kosong. Buang-buang kertas kado saja. Kan mahal ?"
Si kecil menjawab, "Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa."
Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.
"Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya !"
Saturday, August 4, 2007
katamu: "..maaf aku lupa pada waktuku bersamamu.. ."
"aku selalu ingin menjadi milikmu
menyatu...," begitu katamu
jangan diam,
jadikan aku beku seperti yang kau mau
kenapa harus kau pautkan cinta
dari kata-kata sedikit makna
kabarkan saja
kau punya sedikit cinta
atau kau tlah lagi jatuh cinta
sudah,
jangan lagi kau seka air mata
tak cukupkah kau buat cinta sepi
atau engkau terbelit belukar
dari janji-janji ingkar
Saturday, June 16, 2007
PULANG (kolom)
Sewaktu pulang untuk menengok dan sowan ke tempat ibu saya di Cirebon Mei kemarin, berarti sudah lebih dari 5 bulan saya tak pulang, nampak betul ada yang berubah di rumah ibu. Dari depan saja sudah nampak perubahannya. Sudah jelas rumah ibu baru saja selesai diperluas dan didandani. Diperluas tidaklah tepat benar karena luas tanah rumah tidaklah berubah, yang berubah adanya penambahan ruang di dalam rumah yang otomatis memangkas lahan kosong yang dulu ada.
Saya Tiba di rumah ibu sekitar pukul satu lebih, setelah sungkem dan mandi, dengan ditemani Yuk Diah, ibu dan Kiki keponakan saya kami pun makan bersama. Yuk Diah adalah kakak saya yang pertama, namanya Diah tapi sebagai seorang Jawa Cirebon saya biasa memanggilnya dengan sebutan yuk di awal nama, wujud penghormatan kepada yang tertua. Dan kiki adalah anaknya yang pertama, tahun ini ia akan mulai masuk SMP. Nampaknya ibu cukup mempersiapkan kepulangan saya kali ini, karena di meja makan sudah tersanding nasi dan lauk pauknya yang komplit, ada acar ikan gurameh, mendoan tempe, kerupuk sampai lalapan dengan sambelnya yang nyamleng banget. Semuanya lauk kesukaan saya.
"Lho kok malah bengong, lauknya gak enak?"
"Engga, cuma masih kaget dengan perubahan rumah ini"
"kenapa?, heran?, wong ibu cuma nambah satu kamar sama luasin ruang keluarga saja kok, halaman dan pager depan emang ibu ganti dan perbaiki biar tidak keliatan usang"
"iya, tapi kenapa gak bilang biar saya ikut ngurun dana, trus kenapa mesti nambah kamar segala, toh ibu juga di rumah cuma ditemani mbok Ijah. Yuk diah sudah nyaman dengan rumahnya sendiri disebelah, mas dan yayuk yang lain juga sudah pada kerasan dengan rumah mereka sendiri, nanti ibu jadi repot ngurus rumah yang tambah lega ini"
"lha itu yang kamu sama kakak-kakakmu lupa, masalah dana ibu gak masalah tapi kamu coba pikir, apa iya kalo kalian sudah pada keluar rumah, menikah dan punya kehidupan sendiri sudah ngga mau kumpul dan kembali ke sini lagi. Kalau kalian sudah pada menikah, apa iya keluarga semakin kecil, tidak toh, keluarga semakin besar, ibu punya besan, kamu punya mertua, belum lagi kalau kalian sudah pada punya anak, tambah berapa lagi anggota keluarga ini, lha trus nanti kalau semua pada datang kumpul disini, mau pada ditaruh dimana kalian semua?".
Saya kaget dan tersenyum getir. Benar kata ibu, sebagai anak kami mungkin sudah dianggap mengabaikan rumah ini dan terlebih ibu. Setelah ayah meninggal 2 tahun yang lalu, ibu memang hanya tinggal bersama mbok Ijah, orang yang sudah hampir 5 tahun ikut membantu di keluarga kami. Memang rumah yuk Diah berada tepat disebelah kiri rumah ibu, tapi rumah itu terpisah, hanya halaman depan dan belakangnya saja yang terhubung langsung dengan rumah ibu. Mungkin ibu merasa anak-anaknya mulai jarang menengoknya. Ibu juga benar mengenai keluarga yang semakin besar. Setelah anak-anaknya menikah anggota keluarga pasti bertambah, baik itu keluarga yang tidak langsung pertalian darah, karena bertambah dari hubungan pernikahan atau juga cucu yang hadir dari hubungan pernikahan itu. Ini yang harus saya pahami, bagaimana menghormati dan menghargai ibu, tanggung jawab untuk mengurusinya serta memelihara ikatan keluarga dari makin meluasnya cabang pohon keluarga kami.
Saya terdiam tapi perkataan ibu begitu menyentuh. Saya bangkit, memeluknya dan mencium kepalanya. Sepertinya ada yang basah di mata saya.
“Sudah, sudah…, trus kapan kamu nikah?siapa calonmu itu? Kok ya gak pernah dikenalkan ke ibu”
“ya nanti bu kalau sudah ada, pasti saya kenalkan ke ibu dan keluarga semuanya”
Makan siang itu akhirnya diakhiri dengan obrolan yang manis dan pedasnya sambel lalapan.
Tiga hari di rumah ibu tidak banyak yang saya lakukan selain membantu membereskan rumah dari sisa-sisa bahan bangunan yang masih berserakan, kemudian tidak lupa untuk jiarah ke makam ayah, dan sowan ke kakak-kakak dan om, adik ayah yang masih hidup. Akhirnya tiba juga untuk pulang ke Bekasi, tempat saya mencari penafkahan untuk hidup. Kali ini ibu melepas keberangkatan saya pun dengan cara yang biasa, tapi pelukannya terasa begitu dalam, mungkin dalam benak ibu, anak bungsunya ini akan kembali menunaikan tanggungjawabnya untuk hidup, jauh dari keluarga. Lalu saya berfikir, kapan kiranya saya bisa menunaikan tanggungjwab saya secara penuh untuk menjaga dan merawat ibu, akh mungkin setelah menikah nanti dan ibu juga telah sepenuhnya pensiun dari tugasnya mengajar itulah waktu yang tepat untuk mengajaknya tinggal bersama.
Jarak Cirebon Bekasi tidak jauh, bisa ditempuh hanya dengan 4 jam perjalanan menggunakan bus umum, tapi kali ini, jarak itu menjadi berat untuk ditempuh.
Tiba di rumah kontrakan, selepas membuka pintu depan saya kembali diam dan termenung, saya pandangi tiga petak bagian rumah yang semuanya masih berstatus kontrakan. Dalam benak saya apa iya ibu mau ikut di rumah petak kecil yang masih berstatus kontrakan ini. Nampaknya akan ada banyak perencanaan untuk tahun-tahun ke depan. Akh… manusia, hidup dan ruang waktu, semuanya sinergi yang saling memiliki keterikatan.
Sunday, May 20, 2007
Stasiun Tugu
lingkar ceritamu di stasiun tugu
tawa, tangis, canda, amarah
sampai ruangku menjadi parau
dan hati tak juga bisa bertemu
Adakah kau.. .
ketika ku temukan hatiku yang membiru
aku telah menjelma angin, menderu menerpamu
aku bisu, aku sayu, aku kaku
adakah kau yang menemukanku
saat sepi menggebu
membiru diujung salju
adakah kau yang memapahku
membuka pintu diujung senja matahariku
adakah kau.. .
Pulang
Ketika berangkat, aku ketemu dengannya
Pak tua bersorban putih, berkain sarung, Ia tersenyum
di sudut gang, kami berpisah
ia ke kanan, aku ke kiri
“ mari de, bapak duluan”
lalu tubuh tuanya menghilang
Ketika pulang aku ketemu dengannya
Pak tua bersorban putih, berkain sarung, ia tersenyum
“ bapak mau kemana ?” aku menyapa
“ pulang “ lirihnya
dan kami berpisah
entah pak tua cepat sekali menghilang
Di sudut gang aku berhenti
Sebuah iringan jenazah berjalan perlahan
Aku Pinjam
aku pinjam katamu sebentar
untuk menepis semua gelisah
mencari sosok yang lama kurindu
aku juga pinjam bibirmu sebentar saja
agar aku bisa berkata dan tersenyum bahagia
atau mungkin mengecupmu
hingga hati tak sesedih ini
merindu dan merana
pinjamkan juga aku matamu
agar bisa kulihat hatimu
yang terus membeku padaku
hingga dapat lagi ku kecup kedua matamu
dan kembali terlelap
didekapku
Wednesday, April 18, 2007
Menunggu
barangkali dunia makin meluas
seluas hektaran tanah yang tak secuil belum kita punyai
dari sayup-sayup gesekan batang pinus kering
lantunnya kau kirimkan padaku, manis bermelodi
lalu hening, aku memang sedang sendiri
kita tumbuh dari rasa yang sama
cinta yang dikobarkan ayah dan ibu,
dulu, alhamdulillah masih juga sampai sekarang
kita berlari bersama dari kepenatan
di rumah rindu akan langit dan jendela terbuka
dari situ kita pandangi langit
lampu ini cuma 5 watt tapi wajah-mu terlihat dari sini
bersinar,...cantik.. .
bukan tanpa sebab kadang kita berlari menjauh, terpeleset
satu-satu dari kita pecahkan kaca
kau melihat bintang dari lubang yang kau buat, begitu juga aku
melihat satu bintang yang tersenyum
padamu, padaku
sementara itu kita mengelam, dikuas senja
dan malam
meski doa masih menggayuh masa depan